Q7BCH7TFZ7GX
READ MORE - Claim Token Technorati
Kisah Nyata (The Real Story)
Kisah Berita-berita Nyata Dalam Kehidupan
Wednesday, October 5, 2011
Saturday, July 16, 2011
Suamiku Selingkuh Di Facebook
Sebut saja namaku Nina (36th), suamiku ipank (39th). Kami sudah menikah 13 tahun dan dikaruniai seorang anak. Hubungan rumah tangga kami baik-baik saja meski suamiku 3 tahun ini nganggur, itu tidak masalah bagiku toh kebutuhan rumah tangga masih terpenuhi. Aku bekerja di sebuah perusahaan swasta, dan di rumah akulah penopang rumah tangga, segala tetek bengek pengeluaran berasal dariku.
Selama aku bekerja di siang hari, mas Ipang mengisi waktu dengan
bermain facebook, katanya agar tidak bosan dan siapa tahu dapat
informasi kerja dari teman-teman. Sebenarnya aku tidak pernah melarang
dia untuk mengenal siapapun tapi ternyata kepercayaanku itu disalah
gunakan olehnya. Belakangan aku sadar kalau suamiku menjalin hubungan
dengan seorang mahasiswi yang dikenalnya di Facebook.
Gadis itu masih satu kota dengan kami dan berstatus mahasiswi
semester akhir di sebuah perguruan tinggi swasta. O iya di Facebook,
suamiku selalu mengaku bujangan kepada siapapun yang dia kenal. Dari
saling sapa di Facebook mereka akhirnya berpacaran. Bahkan teman-teman
cewek itu dan teman-teman suamiku tahu mereka berpacaran. Dari Facebook
mereka saling telponan dan sms-an, bahkan suamiku jarang tidur malam
denganku karena tiap malam dia online sampai pagi.
Suatu hari secara tidak sengaja aku mendapati Hp suamiku yang masih
aktif berada di genggamannya. Saat itu suamiku tertidur di depan TV dan
Hp-nya sedang tidak terpassword. Kulihat history telpon dan sms-nya dan
dari situ aku tahu semua. Ternyata selama ini aku dibohongi
mentah-mentah. Padahal selama dia nganggur aku yang menanggung semua
biaya hidup rumah tangga termasuk pulsa untuk dia. Tentu saja aku
kecewa, rasanya pengen nangis.
Dengan berbagai alasan dia mengelak, katanya semuanya hanyalah
hubungan maya dan aku tetap istrinya. Dia berjanji dan aku percaya..
bodohnya aku, janjinya untuk tidak mengulangi hanya bertahan satu
minggu. Aku kembali menemukan Hp-nya yang masih aktif saat dia
tertidur.. dan dia kembali beralasan dan berjanji. Tuhan, Lemahnya
diriku..
Kadang kusesali pernikahan ini. Untuk apa menikah kalau derita yang
harus di dapat. Satu-satunya yang membuatku tegar adalah anak semata
wayangku. Aku mandiri, aku bisa meninggalkan suamiku kapanpun aku mau,
toh selama ini akulah yang membiayai semua pengeluaran rumah tangga..
bukan suamiku. Tapi aku tidak ingin anakku menderita dan menjadi broken
home karena orang tua yang bercerai.
Kali ketiga kudapati Hp suamiku yang aktif, kembali saat dia
tertidur, kulihat lampu notifikasinya berkedip-kedip karena ada
panggilan masuk. Kuambil Hpnya, ternyata si pacar mahasiswinya yang
nelpon, tapi begitu kuangkat langsung dimatiin. Karena posisi Hp sedang
aktif aku bisa telpon balik ke cewek tersebut. Aku bicara dengannya
sebagai sesama wanita dan akhirnya aku tahu kalau suamiku menyebutku
sebagai mantan pacar yang diputus karena selingkuh dan ingin balik lagi
tapi dia tidak mau dan hanya cinta pada si gadis mahasiswi ini.
Kukatakan pada gadis itu, silahkan ambil suamiku karena aku ikhlas
melepas kalau dia mau.
Ceritaku diatas adalah kisah setahun yang lalu. Hari-hariku kini
berjalan biasa, lambat dan aku merasa kosong.. entahlah. Ruang di hati
yang dulu kupersembahkan buat suamiku tercinta kini terasa kosong.
Meskipun suamiku mengaku sudah putus dengan mahasiswi itu, jujur aku
tidak bisa percaya lagi padanya. Orang bilang hati yang terluka susah
dicari obatnya, barangkali itu yang kurasakan, sakit hati. Apalagi Hp
suamiku masih terpassword, itu yang membuat aku tidak yakin mereka sudah
tidak berhubungan lagi.
Suamiku.. kau orang yang tidak bisa diatur, egois, tidak bertanggung
jawab. Aku sudah lupa kenapa dulu mau saja jadi istrimu.. aku bingung.
Pembaca ….apa yang harus aku lakukan??? jika ada saran please bantu aku dan aku akan berterimakasih sekali.
Istriku Berselingkuh di Hotel
Selingkuh adalah kebejatan moral. Siapapun yang melakukannya, baik
laki-laki ataupun perempuan, jika dia berselingkuh pastilah dia orang
yang tidak bermoral. Meski kebanyakan perempuan adalah korban
perselingkuan.. tapi dalam kasusku ini.. akulah yang menjadi korban.
Setahun yang lalu, kudapati istriku berselingkuh. Kupergoki dia
bersama laki-laki lain di sebuah hotel. Istri yang begitu kusayangi tega
mengkhianatiku. Dari pengakuannya dia sudah 6 kali check-in di hotel
tersebut, meskipun dia mengaku hanya sebatas oral seks dan tidak
melakukan hubungan seks.
Oh.. Kata-kata istriku yang mengatakan “hanya” oral seks membuat duniaku gelap. Begitu sempitkah dia memandang pernikahan?
Kudatangkan keluarganya untuk menyelesaikan masalah ini, kubongkar
semua kebohongannya tapi istriku tetap tidak mau mengaku bahwa dia sudah
berhubungan seks dengan laki-laki lain. Bagiku sangat sulit dipercaya,
berkali-kali masuk ke hotel tanpa melakukan hubungan itu.. Ya aku tidak
percaya, meski istriku bersumpah tidak melakukannya.
Kejadian tersebut sudah satu tahun berlalu. Aku tidak menceraikan
istriku. Aku berusaha keras menerimanya meski ternyata begitu sulit
memberinya maaf. Ada rasa perih di hati jika mengingat kejadian dia di
hotel bersama pria lain. Rasa tidak percaya yang menghantui.. ah tidak
mungkin dia tidak berhubungan intim di kamar hotel itu. Dunia serasa
kosong. Ada dendam yang tidak terlampiaskan. Ya, aku tidak mau balas
dendam dengan ikut-ikutan selingkuh.
Selama ini aku yang bekerja dan menghidupi keluarga. Bisa saja aku
meninggalkannya dengan alasan dia berselingkuh, tapi yang terpikir
kemudian adalah anak-anak. Bagaimana masa depan anak-anak dengan orang
tua yang bercerai? aku tidak bisa membayangkan anak-anakku menjadi
broken home dan kehilangan pegangan hidup. Tapi sekali lagi aku
mengingat perselingkuhan istriku.. aku jadi paham kalau aku tidak bisa
bahagia lagi.
Satu tahun penuh penderitaan, pikiran yang terlanjur rusak. Demi
anak-anak kujalani hidupku, entah sampai kapan perasaan benci ini bisa
hilang. Aku terkungkung oleh bayang-bayang perselingkuhan istriku.
Andai anda jadi saya… percayakah dengan pengakuan isteri yang tidak
melakukan hubungan suami isteri sekalipun telah keluar masuk hotel
sebanyak 6 kali (dan mungkin malah sudah tak terhitung)? Mengapa anda
berpendapat demikian? Berikan argumentasi yang bisa meyakinkan aku. Aku
juga berharap pendapat dan nasehat anda melalui rtomi88@yahoo.com.
Film Porno Merusak Rumah Tanggaku
Awal mula berantakannya rumah tanggaku dimulai dari hoby baru mas
Dedi. Entahlah, pengaruh dari mana yang membuat mas Dedi hobi
mengkoleksi dan juga menonton film-film porno di kamar kami. Pada
awalnya, hobi menonton film tersebut tidak membuatku terganggu karena
aku rasa itu wajar sebagai pria dewasa.
Pembaca, satu kalipun tidak pernah terbayang di benakku bahwa rumah
tangga yang telah kami bina selama 15 thn itu akan hancur lantaran hobi
mas Dedi mengkoleksi dan menonton film porno.
Sebelum menikah dulu, aku selalu membayangkan kehidupan pernikahan
yang romantis dan bahagia. Tetapi kebahagiaan itu hanya aku rasakan di
awal pernikahan kami saja, sirna setelah suamiku menjadi seorang maniak
film porno.
Pernikahan kami dilandasi oleh saling suka dan rasa saling mencintai.
Pada awalnya kehidupan kami sangat bahagia dan mas Dedi adalah seorang
pria dan suami yang baik, Kebahagiaan kami menjadi lengkap setelah kami
dikaruniai seorang putra, kami beri nama dia Joko. Sungguh Joko seorang
anak yang cakep dan cerdas.
Sejak ada Joko, kehidupan kami semakin ceria dan penuh canda tawa. Rasa-rasanya, aku adalah wanita paling bahagia di dunia ini. Namun ternyata kebahagiaan itu hanya sesaat, keadaan berubah dan semuanya menjadi sirna.
Awal mula rusaknya biduk rumah tangga kami dimulai dari hoby baru mas Dedi, Entahlah, dari mana dia menemukan hobinya itu tetapi saat itu kamar kami tak ubahnya menjadi tempat rental vcd porno. Beragam film porno dari artis barat, asia bahkan adegan seks dari Indonesia pun ada di kamar kami. Yah mas Dedi menjadi seorang maniak film-film porno. Koleksinya mencapai ribuan keping vcd porno. Disitulah titik awal kehancuran rumah tangga kami. Film tersebut pada awalnya tidak membuatku keberatan, karena aku pikir hal itu wajar sebagai seorang seorang pria dewasa.
Masalah paling berat yang kurasa adalah ketika mas Dedi mulai melibatkan aku dalam fantasinya. Setiap akan berhubungan seks, mas Dedi selalu memutar film porno dan mengajakku menonton berdua. Dan usai film, mas Dedi pasti akan mengajakku melakukan adegan-adegan dalam film tersebut. Pada awalnya aku berpikir tidak apa karena kuanggap itu adalah variasi seks dan bahkan aku anggap itu sesuatu yang positif dan bisa membuat hubungan kami menjadi bergairah kembali.
Dari hari ke hari, aku merasakan kalau mas Dedi semakin aneh dan film-film itu telah merasuki pikirannya. Pemintaannya semakin aneh dan semakin berat kulakukan, bahkan tergolong berbahaya bagiku. mas Dedi tidak memberiku kesempatan berbicara, dia selalu marah ketika melihatku akan menolak permintaannya.
Dan peristiwa demi peristiwa aku lalui. mas Dedi tidak hanya marah tetapi juga mulai memukul dan mengancam tidak akan memberi nafkah ke aku dan anakku bila aku tidak memenuhi fantasi seksnya. Aku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa, kerjaku setiap hari mengurus suami dan anak, aku tidak memiliki pekerjaan luar untuk menambah penghasilan. Jadinya aku hanya bisa pasrah saja terhadap ancaman mas Dedi. Dan mas Dedi menjadi semakin gila setelah mengetahui kepasrahan dan ketergantungan ekonomiku kepadanya. Dia memanfaatkan keadaan dan posisiku ini terutama disaat akan berhubungan seks.
Hari demi hari, mas Dedi tidak memperlakukanku sebagai manusia lagi. Entahlah sudah berapa banyak benda asing yang dia masukkan ke dalam vaginaku. Sakitnya sungguh tidak tertahankan, sakit fisik dan juga sakit batin ini. mas Dedi sepertinya tidak perduli, dia seolah menemukan kesengan baru dari penderitaanku ini.
Yang membuatku malu adalah ternyata mas Dedi menceritakan apa yang dia lakukan saat berhubungan seksual kepada teman dan tetangga kami. Hatiku bertambah hancur, malu yang mendera saat bertemu dengan tetangga dan teman teman mas Dedi.
Pernah aku mengajaknya bicara baik-baik, mencoba mengutarakan keberatakanku untuk berhenti menceritakan persoalan ini kepada orang lain. Tapi mas Dedi jadi marah-marah. Aku hanya menangis, segala angan dan impian tentang pernikahan yang romantis dan bahagia menjadi sirna.
Sikap sabarku menjadi luluh ketika kutahu mas Dedi membina hubungan dengan wanita lain. Aku yang sudah sabar dengan kelakuannya selama ini akhirnya luluh, rasa dikhianati membuatku marah. Pengorbananku sama sekali tidak dihargainya.
Akhirnya aku menuntut cerai. Awalnya aku curhat ke seorang teman, dari dia aku berkonsultasi ke LBH di jakarta. Kuceritakan semua masalah keluargaku dan pihak LBH memberiku banyak masukan. Aku juga disarankan untuk melaporan mas Dedi ke polisi atas kekerasan fisik yang dilakukannya.
Sejak ada Joko, kehidupan kami semakin ceria dan penuh canda tawa. Rasa-rasanya, aku adalah wanita paling bahagia di dunia ini. Namun ternyata kebahagiaan itu hanya sesaat, keadaan berubah dan semuanya menjadi sirna.
Awal mula rusaknya biduk rumah tangga kami dimulai dari hoby baru mas Dedi, Entahlah, dari mana dia menemukan hobinya itu tetapi saat itu kamar kami tak ubahnya menjadi tempat rental vcd porno. Beragam film porno dari artis barat, asia bahkan adegan seks dari Indonesia pun ada di kamar kami. Yah mas Dedi menjadi seorang maniak film-film porno. Koleksinya mencapai ribuan keping vcd porno. Disitulah titik awal kehancuran rumah tangga kami. Film tersebut pada awalnya tidak membuatku keberatan, karena aku pikir hal itu wajar sebagai seorang seorang pria dewasa.
Masalah paling berat yang kurasa adalah ketika mas Dedi mulai melibatkan aku dalam fantasinya. Setiap akan berhubungan seks, mas Dedi selalu memutar film porno dan mengajakku menonton berdua. Dan usai film, mas Dedi pasti akan mengajakku melakukan adegan-adegan dalam film tersebut. Pada awalnya aku berpikir tidak apa karena kuanggap itu adalah variasi seks dan bahkan aku anggap itu sesuatu yang positif dan bisa membuat hubungan kami menjadi bergairah kembali.
Dari hari ke hari, aku merasakan kalau mas Dedi semakin aneh dan film-film itu telah merasuki pikirannya. Pemintaannya semakin aneh dan semakin berat kulakukan, bahkan tergolong berbahaya bagiku. mas Dedi tidak memberiku kesempatan berbicara, dia selalu marah ketika melihatku akan menolak permintaannya.
Dan peristiwa demi peristiwa aku lalui. mas Dedi tidak hanya marah tetapi juga mulai memukul dan mengancam tidak akan memberi nafkah ke aku dan anakku bila aku tidak memenuhi fantasi seksnya. Aku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa, kerjaku setiap hari mengurus suami dan anak, aku tidak memiliki pekerjaan luar untuk menambah penghasilan. Jadinya aku hanya bisa pasrah saja terhadap ancaman mas Dedi. Dan mas Dedi menjadi semakin gila setelah mengetahui kepasrahan dan ketergantungan ekonomiku kepadanya. Dia memanfaatkan keadaan dan posisiku ini terutama disaat akan berhubungan seks.
Hari demi hari, mas Dedi tidak memperlakukanku sebagai manusia lagi. Entahlah sudah berapa banyak benda asing yang dia masukkan ke dalam vaginaku. Sakitnya sungguh tidak tertahankan, sakit fisik dan juga sakit batin ini. mas Dedi sepertinya tidak perduli, dia seolah menemukan kesengan baru dari penderitaanku ini.
Yang membuatku malu adalah ternyata mas Dedi menceritakan apa yang dia lakukan saat berhubungan seksual kepada teman dan tetangga kami. Hatiku bertambah hancur, malu yang mendera saat bertemu dengan tetangga dan teman teman mas Dedi.
Pernah aku mengajaknya bicara baik-baik, mencoba mengutarakan keberatakanku untuk berhenti menceritakan persoalan ini kepada orang lain. Tapi mas Dedi jadi marah-marah. Aku hanya menangis, segala angan dan impian tentang pernikahan yang romantis dan bahagia menjadi sirna.
Sikap sabarku menjadi luluh ketika kutahu mas Dedi membina hubungan dengan wanita lain. Aku yang sudah sabar dengan kelakuannya selama ini akhirnya luluh, rasa dikhianati membuatku marah. Pengorbananku sama sekali tidak dihargainya.
Akhirnya aku menuntut cerai. Awalnya aku curhat ke seorang teman, dari dia aku berkonsultasi ke LBH di jakarta. Kuceritakan semua masalah keluargaku dan pihak LBH memberiku banyak masukan. Aku juga disarankan untuk melaporan mas Dedi ke polisi atas kekerasan fisik yang dilakukannya.
Pilihan dan masukan dari LBH aku bawa pulang dan aku pikirkan.
Sampai saat ini, aku belum tahu pilihan mana yang ahrus aku ambil. Yang
aku pikirkan adalah ekonomiku, aku sadar kalau aku sangat tergantung
kepada mas Dedi. Aku tidak ingin anakku, Joko menjadi korban jika aku
dan suamiku harus berpisah. Aku hanya bisa berdoa dan berharap agar mas
Dedi bisa berubah.
Sunday, August 22, 2010
HARTA DAN KEHIDUPAN MALAM MEMBUAT HIDUPKU HANCUR
Kisah Nyata : Harta kedua orang tua ku yang begitu melimpah ternyata tidak memberi berkah buatku. Semuanya ku habiskan begitu saja dijalan yang tidak benar. Kini, hanya menangis yang bisa aku lakukan ketika segala yang dulu kupunyai itu telah habis.
Mendambakan Kebebasan
Namaku Meli (samaran). Aku sudah mengenal kehidupan malam ketika aku masih bersekolah di SMU di salah satu sekolah swasta di Makassar. Teman-teman pergaulanku adalah anak-anak borju, dari mulai anak pengusaha hingga anak pejabat. Kami semua begitu mendewakan kebebasan dan kesenangan, kehidupan kami begitu bebas nyaris tanpa batas. Di kehidupan malam itu aku berkenalan dengan banyak orang termasuk dengan para tante girangdan oom-oom senang.
Mendambakan Kebebasan
Namaku Meli (samaran). Aku sudah mengenal kehidupan malam ketika aku masih bersekolah di SMU di salah satu sekolah swasta di Makassar. Teman-teman pergaulanku adalah anak-anak borju, dari mulai anak pengusaha hingga anak pejabat. Kami semua begitu mendewakan kebebasan dan kesenangan, kehidupan kami begitu bebas nyaris tanpa batas. Di kehidupan malam itu aku berkenalan dengan banyak orang termasuk dengan para tante girangdan oom-oom senang.
Aku anak ketiga dari empat bersaudara. Aku satu-satunya anak perempuan dalam keluargaku. Tak heran kalau ayah dan ibu begitu memanjakanku dengan harta. Hampir semua permintaanku dipenuhi, bahkan tak ada larangan bagiku untuk menikmati kehidupan yang serba bebas.
Enjoy di lantai disko, menikmati narkoba dan huru-haranya kehidupan kota yang glamor adalah gambaran dari kisah hidupku selama ini.
Naik kelas dua SMU, aku makin sulit terkendali. Ayah yang sibuk dengan usahanya dan ibu yang lebih memperhatikan arisan dan pertemuan tak jelasnya dengan istri-istri pengusaha, membuat segalanya berjalan tanpa hijab. Sebenarnya, sebagai remaja aku juga mulai menyadari betapa yang kujalani ini adalah sesuatu yang tak berguna sama sekali. Namun, aku tidak bisa lepas karena tak ada figur dalam keluargaku yang bisa kujadikan teladan untuk menyadarkanku. Akhirnya, tiga tahun di SMU, tiga tahun pula aku tak pernah tersirami oleh petuah-petuah agama.
Enjoy di lantai disko, menikmati narkoba dan huru-haranya kehidupan kota yang glamor adalah gambaran dari kisah hidupku selama ini.
Naik kelas dua SMU, aku makin sulit terkendali. Ayah yang sibuk dengan usahanya dan ibu yang lebih memperhatikan arisan dan pertemuan tak jelasnya dengan istri-istri pengusaha, membuat segalanya berjalan tanpa hijab. Sebenarnya, sebagai remaja aku juga mulai menyadari betapa yang kujalani ini adalah sesuatu yang tak berguna sama sekali. Namun, aku tidak bisa lepas karena tak ada figur dalam keluargaku yang bisa kujadikan teladan untuk menyadarkanku. Akhirnya, tiga tahun di SMU, tiga tahun pula aku tak pernah tersirami oleh petuah-petuah agama.
Seks Bebas dan Drugs
Aku kemudian kuliah di salah satu universitas swasta di kota ini. Setiap langkahku hanya selalu teriring oleh hiruk pikuk kehidupan malam. Narkoba sudah menjadi konsumsi sehari-hariku. Bahkan di usia yang mulai beranjak dewasa, aku tak mampu mempertahankan keperawananku. Zul (samaran), teman dekatku merenggut semuanya. Itupun belum juga aku sadari betapa segalanya telah hancur. Aku tetap enjoy dan malah hubungan seperti itu bukan lagi sesuatu yang tabu bagiku.
Bukan hanya Zul yang mengisi malamku. Lelaki yang kuanggap layak menemaniku tidur, juga bisa menikmati tubuhku. Tak masalah bagiku, tak perlu takut hamil, karena setiap kali berhubungan, kami memang selalu siap dengan segala macam penangkal kehamilan.
Bukan hanya Zul yang mengisi malamku. Lelaki yang kuanggap layak menemaniku tidur, juga bisa menikmati tubuhku. Tak masalah bagiku, tak perlu takut hamil, karena setiap kali berhubungan, kami memang selalu siap dengan segala macam penangkal kehamilan.
Awal Kisah Kehancuran Hidupku
Di tahun 2003 yang lalu ayah melakukan ekspansi untuk melebarkan sayap bisnisnya. Inilah awal kiamat yang diderita keluargaku. Rekan bisnis ayah yang warga keturunan, membawa lari modal usaha yang telah ditanamkan ayah, jumlahnya mencapai Rp. 2 miliar. Ayah langsung ampal menerima kenyataan itu. Sebulan terbaring di rumah sakit, ia dipanggil menghadap Tuhan.
Ekonomi keluarga kami mulai goyah. Utang melilit di mana-mana, sampai-sampai rumah, mobil, dan beberapa unit usaha ayah yang dibangun berpuluh-puluh tahun, disita bank. Ibu, setelah depresi berat ditinggal ayah, kini harus berhadapan dengan kenyataan pahit. Karena guncangan batin yang begitu kuat, beliau harus diisolasi di rumah sakit jiwa. Tiga bersaudara kemudian diambil oleh paman dan nenekku di Surabaya. Sementara aku tinggal bersama bibi di kota ini.
Setelah jatuh dan tak punya apa-apa, perlahan aku mulai ditinggalkan teman-temanku. Mereka tak mau lagi aku menjadi bagian dari kehidupan mereka, karena dianggap sudah tak punya apa-apa lagi. Dulu saat harta begitu mudah kuhamburkan, mereka berlomba mendekatiku, bahkan memperlakukanku bak ratu.
Rupanya, mereka hanyalah teman dalam suka, namun ketika duka menderaku, mereka menjauh dan enggan melirik. Kini, penyesalan yang kurasakan. Aku baru sadar telah melakukan kesalahan besar. Kuliahku berantakan, masa depanku telah terkoyak oleh banyak lelaki dan aku bukan lagi siapa-siapa.
Sampai saat ini, aku masih tinggal di kotaku, Makassar berharap ada lowongan pekerjaan yang terbuka untukku. Pembaca, kisah ini kuCeritakan agar tak ada yang mengalami nasib sepertiku. Sebelum bencana datang, mungkin ada baiknya sesalilah diri, agar tak terlanjur merana sepertiku.
Ekonomi keluarga kami mulai goyah. Utang melilit di mana-mana, sampai-sampai rumah, mobil, dan beberapa unit usaha ayah yang dibangun berpuluh-puluh tahun, disita bank. Ibu, setelah depresi berat ditinggal ayah, kini harus berhadapan dengan kenyataan pahit. Karena guncangan batin yang begitu kuat, beliau harus diisolasi di rumah sakit jiwa. Tiga bersaudara kemudian diambil oleh paman dan nenekku di Surabaya. Sementara aku tinggal bersama bibi di kota ini.
Setelah jatuh dan tak punya apa-apa, perlahan aku mulai ditinggalkan teman-temanku. Mereka tak mau lagi aku menjadi bagian dari kehidupan mereka, karena dianggap sudah tak punya apa-apa lagi. Dulu saat harta begitu mudah kuhamburkan, mereka berlomba mendekatiku, bahkan memperlakukanku bak ratu.
Rupanya, mereka hanyalah teman dalam suka, namun ketika duka menderaku, mereka menjauh dan enggan melirik. Kini, penyesalan yang kurasakan. Aku baru sadar telah melakukan kesalahan besar. Kuliahku berantakan, masa depanku telah terkoyak oleh banyak lelaki dan aku bukan lagi siapa-siapa.
Sampai saat ini, aku masih tinggal di kotaku, Makassar berharap ada lowongan pekerjaan yang terbuka untukku. Pembaca, kisah ini kuCeritakan agar tak ada yang mengalami nasib sepertiku. Sebelum bencana datang, mungkin ada baiknya sesalilah diri, agar tak terlanjur merana sepertiku.
Wednesday, August 11, 2010
ISTRIKU TERNYATA LEBIH NISTA
Cerita ini aku utarakan sebagai pembelajaran untuk anda. Aku kira dengan menikahi "Rose" ( samaran ) semua perbuatan buruk dan tidak dewasa yang kulakukan selama ini bisa kutinggalkan. Sebaliknya, wanita itu membuat segalanya bertambah hancur.
Sekilas, penampilan Rose yang lugu tak ubahnya orang desa yang awam dengan gemerlapnya kehidupan kota. Ia sangat dewasa dan begitu jauh dari penampilan terbuka. Malah, ketertarikanku padanya berawal dari penampilannya sederhana itu, meskipun ia anak orang berada. Saat itu aku yakin bahwa Rose adalah gadis lugu yang kuimpikan bisa berubah gaya hidupku yang euforia. Tetapi itulah awal mula Cerita sedihku ini.
Kami menikah tahun 2002 lalu. Pernikahan kami awali dengan masa pacaran yang terbilang singkat hanya sekitar 3 bulan. Aku yang sudah matang dalam usia dan mapan dalam pekerjaan, kemudian meminangnya. Orang tua Rose yang sudah kenal betul dengan ayahku yang seorang pengusaha sukses di kota ini, tak berpikir panjang untuk menerima lamaran itu.
Setelah menikah, kami tinggal di rumah pemberian ayahku, yang dihadiahkan sebagai hadiah pernikahanku. Tak semewah rumah orang tua Rose memang, namun asri, sederhana dan cukup untuk membina sebuah keluarga kecil. Dengan dilengkapi sebua mobil sedan, seorang pembantu, aku tak perlu lagi memikirkan apa apa.
Aku betul - betul bahagia bisa menikah dengan gadis pujaanku. Dengan Rose, aku berharap bisa merubah gaya hidupku yang gemerlap, dan kembali menjalani kehidupan general lanyaknya seorang suami dan ayah bagi anak - anakku kelak.
Namun, impian tak sejalan dengan kenyataan yang harus kutelan. Rose yang kelihatan sederhana, lugu dan seperti tak tahu apa - apa tentang kehidupan malam, malah kelakuannya tak jauh beda denganku. Ia seorang pemuja kehidupan malam, dan setelah menikah pun Rose masih sulit melepaskan diri dari ketergantungan di dunia yang penuh kesenangan semua itu.
Semua kutahu setelah beberapa bulan kami menikah, Rose masih juga menolak untuk punya anak. Ia tak mau direpotkan mengurus anak ia masih ingin bebas menikmati masa - masa mudanya dan tak mau dikekang meski statusnya tak sendiri lagi.
Belakangan, aku makin dibuat bingung karena hampir setiap malam ia dijemput teman - teman gaulnya yang rata - rata anak orang berada. Entah kemana mereka setiap malam, yang pasti kadang kudapati Rose pulang dalam keadaan mabuk. Tak jarang pula di saku bajunya kutemukan pil ekstasi. Sungguh salah satu menduga Rose selama ini. Ternyata, kehidupannya jauh lebih bebas dariku.
Aku dibuatnya tak berkutik ketika kucoba sadarkan dia. Ia selalu menjawabnya dengan enteng. " Nikmati saja hidup ini, kenapa mesti susah - susah. Kita memang suami isteri, tapi kamu tidak bisa mengekang kebebasanku. Kalau mau pergi, pergi saja, " kalimat inilah yang selalu jadi jawaban dari Rose.
Aku mulai ragu kalau - kalau wanita yang kunikahi ini, tak suci lagi. Karena aku tahu betul kehidupan malam tak bisa dipisahkan dengan kehidupan seks bebas. Aku tahu itu, karena aku pernah menjadi bagian dari kenistaan itu.
Kini, di saat aku belajar untuk melupakan semua masa lalu dan mencoba hidup baru, aku malah diuji lewat istri. Mampukah kuhadapi semuanya? Entahlah, sampai kapan aku mulai bertahan. Rose makin bebas saja, sampai kadang semalaman tak pulang ke rumah. Beruntung aku belum pernah mendapatinya dengan lelaki lain, sehingga pernikahan tetap coba kupertahankan.
Sekilas, penampilan Rose yang lugu tak ubahnya orang desa yang awam dengan gemerlapnya kehidupan kota. Ia sangat dewasa dan begitu jauh dari penampilan terbuka. Malah, ketertarikanku padanya berawal dari penampilannya sederhana itu, meskipun ia anak orang berada. Saat itu aku yakin bahwa Rose adalah gadis lugu yang kuimpikan bisa berubah gaya hidupku yang euforia. Tetapi itulah awal mula Cerita sedihku ini.
Kami menikah tahun 2002 lalu. Pernikahan kami awali dengan masa pacaran yang terbilang singkat hanya sekitar 3 bulan. Aku yang sudah matang dalam usia dan mapan dalam pekerjaan, kemudian meminangnya. Orang tua Rose yang sudah kenal betul dengan ayahku yang seorang pengusaha sukses di kota ini, tak berpikir panjang untuk menerima lamaran itu.
Setelah menikah, kami tinggal di rumah pemberian ayahku, yang dihadiahkan sebagai hadiah pernikahanku. Tak semewah rumah orang tua Rose memang, namun asri, sederhana dan cukup untuk membina sebuah keluarga kecil. Dengan dilengkapi sebua mobil sedan, seorang pembantu, aku tak perlu lagi memikirkan apa apa.
Aku betul - betul bahagia bisa menikah dengan gadis pujaanku. Dengan Rose, aku berharap bisa merubah gaya hidupku yang gemerlap, dan kembali menjalani kehidupan general lanyaknya seorang suami dan ayah bagi anak - anakku kelak.
Namun, impian tak sejalan dengan kenyataan yang harus kutelan. Rose yang kelihatan sederhana, lugu dan seperti tak tahu apa - apa tentang kehidupan malam, malah kelakuannya tak jauh beda denganku. Ia seorang pemuja kehidupan malam, dan setelah menikah pun Rose masih sulit melepaskan diri dari ketergantungan di dunia yang penuh kesenangan semua itu.
Semua kutahu setelah beberapa bulan kami menikah, Rose masih juga menolak untuk punya anak. Ia tak mau direpotkan mengurus anak ia masih ingin bebas menikmati masa - masa mudanya dan tak mau dikekang meski statusnya tak sendiri lagi.
Belakangan, aku makin dibuat bingung karena hampir setiap malam ia dijemput teman - teman gaulnya yang rata - rata anak orang berada. Entah kemana mereka setiap malam, yang pasti kadang kudapati Rose pulang dalam keadaan mabuk. Tak jarang pula di saku bajunya kutemukan pil ekstasi. Sungguh salah satu menduga Rose selama ini. Ternyata, kehidupannya jauh lebih bebas dariku.
Aku dibuatnya tak berkutik ketika kucoba sadarkan dia. Ia selalu menjawabnya dengan enteng. " Nikmati saja hidup ini, kenapa mesti susah - susah. Kita memang suami isteri, tapi kamu tidak bisa mengekang kebebasanku. Kalau mau pergi, pergi saja, " kalimat inilah yang selalu jadi jawaban dari Rose.
Aku mulai ragu kalau - kalau wanita yang kunikahi ini, tak suci lagi. Karena aku tahu betul kehidupan malam tak bisa dipisahkan dengan kehidupan seks bebas. Aku tahu itu, karena aku pernah menjadi bagian dari kenistaan itu.
Kini, di saat aku belajar untuk melupakan semua masa lalu dan mencoba hidup baru, aku malah diuji lewat istri. Mampukah kuhadapi semuanya? Entahlah, sampai kapan aku mulai bertahan. Rose makin bebas saja, sampai kadang semalaman tak pulang ke rumah. Beruntung aku belum pernah mendapatinya dengan lelaki lain, sehingga pernikahan tetap coba kupertahankan.
Subscribe to:
Posts (Atom)